Dua Peneliti ITS Raih Hitachi Global Foundation Asia Innovation Award 2023 di Jepang
Surabaya | Metropos News – Dua peneliti yang sekaligus dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), berhasil meraih Hitachi Global Foundation Asia Innovation Award 2023 di Jepang.
Mereka adalah Sri Fatmawati SSi MSi PhD yang meraih penghargaan kategori Outstanding Innovation. Dan Prof Drs Ec Ir Riyanarto Sarno MSc PhD, yang meraih penghargaan pada kategori Encouragement Award.
Hitachi Global Foundation merupakan lembaga yang memberikan penghargaan kepada para peneliti, yang memiliki kontribusi besar dalam mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) di Asia Tenggara.
Sri Fatmawati SSi MSc PhD yang merupakan dosen Departemen Kimia ITS menjelaskan, tahun ini Hitachi Global Foundation fokus pada penelitian kategori SDGs pertama dan ketujuh.
“Sebagai kontribusi konkret ITS dalam mendukung SDGs pertama, kami menghadirkan Menitemu. Yakni produk jamu yang dikeluarkan oleh ITS Djamoe. Selain menjadi alternatif obat untuk masyarakat, ITS Djamoe juga hadir untuk meningkatkan perekonomian masyarakat khususnya di Kediri, Jawa Timur”, ujarnya, Kamis (29/2).
“Kami bekerja sama dengan PT Payung Pusaka Mandiri, yang menjadi pusat produksi dari Menitemu. Penelitian kamu yang telah berjalan lebih dari 20 tahun ini, juga turut membantu meningkatkan imunitas tubuh pasien yang terjangkit Covid-19, di masa pandemi lalu”, ungkapnya.
“Hal ini terjadi karena bentuk quality control (QC) dari ITS dan PT Payung Pusaka Mandiri yang tinggi, dalam menghasilkan jamu berkhasiat tinggi. Saat itu, jamu yang telah lolos tahap QC, langsung kami distribusikan kepada masyarakat yang melakukan isolasi mandiri (isoman) pada masa pandemi kemarin”, pungkasnya.
Sementara itu, guru besar Departemen Teknik Informatika Prof Drs Ec Ir Riyanarto Sarno MSc PhD, turut menghadirkan inovasi pendeteksi Covid-19 melalui bau ketiak, bertajuk i-nose c-19.
Inovasi inilah yang berhasil mengantarkannya, untuk memperoleh penghargaan kedua di Hitachi Global Foundation pada kategori Encouragement Award.
“Inovasi yang saya bawa ini tentunya berhasil menjadi metode alternatif dalam mendeteksi Covid-19, setelah swab polymerase chain reaction (PCR)”, tuturnya.
Dia menjelaskan, inovasinya terinspirasi dari fenomena pemanfaatan anjing pelacak untuk mendeteksi Covid-19 di Dubai International Airport pada Agustus 2020 lalu.
Selain menjadi alternatif skrining yang efisien, i-nose c-19 memiliki tarif terjangkau yang berkisar Rp 25 ribu per skrining. “Biaya ini sudah termasuk dengan perawatan alat tersebut. Sehingga i-nose cocok untuk pasien kalangan menengah ke bawah,” ungkapnya.
Alat dengan metode skrining axillary sweat odor pertama di dunia tersebut, juga berhasil mencapai efektivitas skrining minimum 91 persen, jika dibandingkan dengan skrining in-depth lainnya seperti swab PCR.
Sehingga alat tersebut lolos uji klinis, yang kemudian dilakukan pilot testing di Rumah Sakit Islam (RSI) di Surabaya, pada Februari 2021 lalu.
Dengan pencapaian penghargaan tersebut, kedua peneliti terbaik di Indonesia tersebut berharap, penelitian mereka dapat memberikan manfaat yang luas di kancah nasional dan internasional.
Selain itu, kegigihan mereka dalam melakukan penelitian tersebut, akhirnya turut diapresiasi oleh Hitachi Global Foundation, dengan pemberian dana hibah penelitian sebesar 1,5 juta yen.
“Tentunya dana hibah penelitian ini akan kami gunakan untuk meningkatkan inovasi kami lebih jauh,” ucap Fatma.
@Nt
