Ilmuwan Dunia Berkumpul di Surabaya untuk Cari Solusi Atasi Krisis Iklim
Surabaya | Metropos News – Surabaya kembali menjadi pusat perhatian dunia ilmiah, dengan menjadi tuan rumah Humboldt Kolleg – Translate Southeast Asia 2024.
Ini merupakan sebuah pertemuan puncak para ilmuwan yang berfokus mencari solusi inovatif untuk mengatasi krisis iklim.
Acara yang berlangsung pada 18-21 September 2024 di Swiss-Belinn Manyar, Surabaya ini, dihadiri 85 ilmuwan terkemuka dari Asia Tenggara dan Jerman, serta peneliti muda.
Acara ini dipimpin oleh Leenawaty Limantara, M.Sc., Ph.D., dari Petra Christian University (PCU), yang menjelaskan bahwa pertemuan ini bertujuan memfasilitasi diskusi ilmiah untuk mengatasi permasalahan lingkungan di Asia Tenggara. Yang merupakan salah satu kawasan yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim.
“Humboldt Kolleg adalah program yang diinisiasi oleh alumni Alexander von Humboldt Foundation (AvH) Jerman, yang bertujuan mendukung kerja sama internasional di bidang penelitian”, ujarnya.
Dia menambahkan, kawasan Asia Tenggara terus menghadapi ancaman krisis iklim seperti kenaikan suhu, peningkatan permukaan laut, dan hilangnya keanekaragaman hayati.
“Faktor geografis serta ketergantungan pada sektor pertanian memperburuk situasi. Oleh karena itu, pertemuan ini membahas berbagai solusi, termasuk transisi ke ekonomi sirkular, yang dapat mengurangi limbah dan meningkatkan efisiensi sumber daya. Investasi dalam energi terbarukan dan pengelolaan karbon juga menjadi sorotan penting dalam pertemuan ini”, ungkapnya.
Humboldt Kolleg 2024 dibuka oleh Duta Besar Jerman untuk Indonesia, Ina Lepel. Para ahli dari Jerman yang turut hadir, di antaranya Markus Egerman dari Leibniz Institute of Ecological Urban and Regional Development, Peter von Philipsborn dari Ludwig-Maximilians-Universität München, dan Heike Grimm dari Willy Brandt School of Public Policy Erfurt. Mereka berbagi wawasan tentang transformasi sosial dan solusi untuk mengatasi krisis iklim.
Sejumlah peneliti dari PCU juga berpartisipasi aktif sebagai pembicara, termasuk Dr. Renny Indrawati, Cilcia Kusumastuti, dan Gunawan Tanuwidjaja.
Mereka membagikan hasil penelitian tentang efisiensi energi, pengelolaan limbah hijau, dan pengembangan desa ekologi. Penggunaan bahan inovatif seperti bambu dan desain pencahayaan alami yang dapat mengurangi konsumsi energi menjadi salah satu solusi yang diusulkan untuk mengurangi jejak karbon.
Hasil pertemuan ini memberikan rekomendasi yang konkret untuk memerangi perubahan iklim dan mempromosikan pembangunan berkelanjutan di Asia Tenggara. Strategi-strategi yang dibahas diharapkan dapat mengintegrasikan pertumbuhan ekonomi dengan perlindungan lingkungan dan kesejahteraan sosial.
Leenawaty menegaskan pentingnya kolaborasi internasional untuk menjawab tantangan iklim global.
“Dengan adanya kerja sama lintas negara melalui penelitian bersama, program pertukaran pendidikan, dan proyek pengembangan, kawasan Asia Tenggara dapat memainkan peran lebih besar dalam memimpin upaya keberlanjutan dunia”, pungkasnya.
Kegiatan ini juga berkolaborasi dengan Universitas Ciputra (UC) dan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS), menegaskan komitmen Surabaya dalam mendukung kolaborasi ilmiah internasional.
Melalui peran aktif universitas-universitas ini, diharapkan solusi yang lahir dari pertemuan ini dapat diimplementasikan secara nyata di lapangan.
@Man
