Surabaya | Metropos News – Eks lokalisasi Dolly di Kelurahan Putat Jaya, Surabaya, telah menjelma menjadi pusat kerajinan batik yang berdaya saing.

Namun, tantangan besar masih dihadapi para pengrajin, terutama dalam menciptakan motif baru yang menarik dengan biaya produksi terjangkau.

Melihat kebutuhan ini, tim dosen lintas disiplin dari Petra Christian University (PCU), menggagas program pemberdayaan usaha mikro batik berbasis kemitraan.

Inovasi unggul mereka adalah canting cap berbahan karton duplex—solusi ramah lingkungan yang murah, praktis, dan cepat dibuat.

“Kami menciptakan canting cap berbahan karton duplex dengan motif khas Dolly serta aplikasi pencatatan keuangan digital untuk mempermudah manajemen usaha para pengrajin,” jelas Dr. Aniendya Christianna, Ketua Tim Dosen PCU.

Canting cap tradisional biasanya berbahan tembaga, membutuhkan waktu pembuatan lama, dan mahal. Sebaliknya, canting karton duplex menjadi alternatif ekonomis yang disambut antusias oleh para peserta pelatihan.

“Awalnya ragu, tapi ternyata bahan sederhana seperti karton duplex bisa menghasilkan canting yang mudah digunakan,” ungkap Fitrah Lailatul Khoiriyah, peserta pelatihan dari UKM Kalsia.

Tak hanya mempermudah proses produksi, inovasi ini juga mendorong kreativitas warga untuk menciptakan motif-motif khas yang unik, seperti Batik Gorengan, Batik Diesel, Batik Ramah Anak, dan Batik Anggur.

Program ini mendapat dukungan penuh dari Ditjen Dikti dan melibatkan berbagai pakar lintas bidang dari PCU, termasuk Dr. Aniendya Christianna (Desain Komunikasi Visual), Adelina Proboyo (Manajemen Bisnis), Mariana Ing Malelak (Keuangan), dan Yohan Gunawan Henuk (Manajemen Hotel).

Selain pelatihan, rangkaian program meliputi pameran, bazar, hingga fashion show hasil karya warga. Dengan inovasi dan kolaborasi ini, pengrajin batik di eks lokalisasi Dolly kini memiliki peluang besar untuk berkembang dan meningkatkan daya saing di pasar.


@Man