Surabaya | Metropos News – Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) menegaskan komitmennya dalam mendukung program kesehatan nasional, dengan menggelar Kampanye Pertolongan Pertama pada Luka Psikologis (P3LP) di kampusnya.

Bersama Kementerian Kesehatan RI, Unusa siap menjadi pelopor pertolongan pertama luka psikologis, khususnya di lingkungan pesantren.

Direktur Kesehatan Jiwa Kemenkes RI, dr. Imran Pambudi, M.H.P.M., memuji langkah strategis Unusa dalam mendukung kesehatan jiwa. Menurutnya, pesantren adalah area prioritas untuk penguatan kesehatan jiwa.

“Santri di pesantren adalah bagian besar dari generasi produktif Indonesia. Deteksi dini kesehatan jiwa sangat penting, termasuk untuk mereka,” ujarnya, dalam acara bertema “Ayo Lakukan Deteksi Dini Skrining Kesehatan Jiwa Sekarang Juga”, Minggu (1/12/24).

Dalam kegiatan ini, Unusa mendapat penghargaan Pin First Aider sebagai simbol perannya dalam mendukung program kesehatan jiwa di pesantren. Sebanyak 45 perwakilan Unusa, termasuk dosen dan mahasiswa dari berbagai fakultas kesehatan, terlibat aktif dalam kampanye ini.

Wakil Rektor I Unusa, Prof. Kacung Maridjan, Ph.D., menyampaikan bahwa Unusa memiliki rekam jejak dalam program kesehatan pesantren, seperti Pos Kesehatan Pondok Pesantren (Poskestren) dan program Pesantren Bersahaja.

“Kami berkomitmen memperkuat peran pesantren dalam meningkatkan kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan jiwa,” tegasnya.

Kemenkes mencatat peningkatan kasus bunuh diri hingga 800% dalam beberapa tahun terakhir. Yang mempertegas pentingnya deteksi dini dan pertolongan psikologis. Kolaborasi dengan institusi seperti Unusa, diharapkan menjangkau lebih banyak komunitas, terutama usia produktif.

Melalui kampanye ini, Unusa menunjukkan pentingnya sinergi dengan pemerintah dan masyarakat, untuk menciptakan generasi muda yang sehat mental dan fisik.

“Kami optimis menjadi pelopor perubahan, tidak hanya di Surabaya, tetapi juga di komunitas pesantren di seluruh Indonesia,” pungkas Prof. Kacung.


@Man