Surabaya | Metropos News  – Jumlah penduduk miskin di Jawa Timur pada September 2024 tercatat sebanyak 3,893 juta orang, menurun 89 ribu orang dibanding Maret 2024. Persentase kemiskinan pun turun menjadi 9,56%, lebih rendah 0,23 poin persen dibandingkan Maret 2024.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, Zulkipli, dalam jumpa pers, Rabu (15/1/2025), mengungkapkan bahwa penurunan angka kemiskinan terjadi baik di perkotaan maupun perdesaan.

“Di perkotaan, persentase kemiskinan turun dari 7,12% menjadi 6,83%. Sementara di perdesaan, turun dari 13,30% menjadi 13,19%,” jelasnya.

Garis Kemiskinan (GK) pada September 2024 mencapai Rp547.751 per kapita per bulan, naik 2,17% dari Maret 2024. Komoditas makanan masih menjadi faktor dominan dengan kontribusi 76,08% terhadap GK. Beras memberikan sumbangan terbesar, yaitu 22,68% di perkotaan dan 25,73% di perdesaan.

Selain beras, rokok kretek filter menjadi kontributor terbesar kedua dengan 9,94% di perkotaan dan 8,91% di perdesaan. Komoditas lainnya seperti daging ayam, telur ayam, tempe, dan tahu juga berperan signifikan.

Di sektor non-makanan, perumahan, bensin, listrik, dan pendidikan menjadi penyumbang utama garis kemiskinan baik di perkotaan maupun perdesaan.

Beberapa faktor berperan dalam penurunan angka kemiskinan. Inflasi yang terkendali pada September 2024 sebesar 1,73% (y-on-y) dan deflasi sebesar 0,38% dari Maret–September 2024 memberikan dampak positif.

Ekonomi Jawa Timur tumbuh 4,91% pada Triwulan III 2024, sementara tingkat pengangguran terbuka (TPT) turun menjadi 4,19%, lebih baik dibanding Agustus 2023 yang mencapai 4,88%.

Namun, Nilai Tukar Petani (NTP) yang turun 2,09% menjadi 116,61 pada September 2024 juga menjadi tantangan tersendiri bagi sektor perdesaan.

Penurunan kemiskinan ini menunjukkan upaya Jawa Timur dalam mengelola inflasi, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan konsumsi masyarakat.

Namun, keberlanjutan program-program pemberdayaan masyarakat miskin tetap menjadi kunci, agar hasil ini dapat dirasakan lebih luas, khususnya di perdesaan yang masih memiliki tingkat kemiskinan lebih tinggi.

“Meskipun ada perbaikan, tantangan masih ada. Kita perlu terus mendorong inovasi di sektor pertanian dan memastikan akses yang lebih merata terhadap kebutuhan dasar,” pungkasnya.


@Man