Surabaya | Metropos News – Kinerja perdagangan Jawa Timur (Jatim) pada Januari 2025 menunjukkan penurunan signifikan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, nilai ekspor tercatat sebesar US$1,96 miliar, turun 7,01% dibanding Desember 2024. Sementara itu, nilai impor mencapai US$2,27 miliar, turun lebih tajam sebesar 18,04%.

“Akibatnya, neraca perdagangan Jatim mengalami defisit sebesar US$317,20 juta,” ujar Kepala BPS Jatim, Zulkipli, Selasa (8/4/2025).

Selain kinerja perdagangan, BPS Jatim mencatat inflasi year on year (y-on-y) pada Maret 2025 sebesar 0,77%, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) mencapai 107,43. Inflasi tertinggi terjadi di Banyuwangi, mencapai 1,89% (IHK 108,63).

Sementara Kabupaten Bojonegoro mencatat inflasi terendah sebesar 0,13% (IHK 108,58). Kota Kediri bahkan mengalami deflasi sebesar 0,04% (IHK 106,13).

Inflasi dipicu oleh kenaikan harga di beberapa kelompok pengeluaran, terutama. Seperti perawatan pribadi dan jasa lainnya: naik signifikan sebesar 8,94%. Makanan, minuman, dan tembakau: 1,64%. Kesehatan: 1,95%. Serta penyediaan makanan dan minuman/restoran: 2,13%.

Namun, dua kelompok pengeluaran mengalami penurunan indeks. Seperti perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga: turun 7,49%. Serta informasi, komunikasi, dan jasa keuangan: turun 0,16%.

“Penurunan ekspor dan impor serta inflasi yang fluktuatif menunjukkan perlunya strategi pemulihan ekonomi yang komprehensif. Sementara peningkatan daya saing produk ekspor dan efisiensi impor, menjadi kunci agar neraca perdagangan dapat kembali surplus”, pungkasnya.


R3d